Suasana menjadi semakin sunyi ketika lima remaja duduk di bawah pohon besar itu. Ada semacam kebersamaan yang bisa dirasakan, meskipun mereka semua berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Namun mereka semua memiliki satu tujuan yang sama; untuk membuat kepengurusan baru di masjid tempat mereka beribadah.
Pada sore itu, di bawah bayangan pohon besar, kelima remaja ini membicarakan rencana mereka. Ada Fadli, pemuda berwajah tegas yang berbicara mengenai bagaimana cara melakukan renovasi. Kemudian ada Ahmad, yang mengemukakan gagasan baru tentang pengumpulan dana. Sementara itu, Tariq, yang jarang bicara, lebih fokus pada menyusun strategi untuk menggalang dukungan dari komunitas sekitar.
Seorang remaja bernama hasan, duduk di ujung meja dan membantu mendiskusikan masalah yang kaitannya dengan kajian dan pengajian. Dia membicarakan ide-ide brilian tentang bagaimana membuat program kajian yang lebih menarik. Terakhir, ada Erwin, penggemar teknologi yang memberi saran tentang cara meningkatkan penggunaan teknologi dalam kepengurusan masjid.
Mereka semua mengeluarkan ide-ide menarik yang memberikan semangat dan harapan baru untuk masa depan kepengurusan masjid. Dalam kebersamaan dan diskusi ini, mereka menemukan hubungan yang kuat satu sama lain.
Pada akhir diskusi, semua setuju tentang rencana yang baru untuk mengatur kepengurusan masjid mereka dengan baik. Kelima remaja itu menjadi harapan masyarakat tempat mereka bertempat tinggal.
Ketika mereka kembali ke rumah masing-masing, harapan dan semangat yang mereka bagikan membawa kecerahan baru dalam hidup mereka. Kebersamaan ini tumbuh menjadi tumbuhan yang kuat dan akhirnya menetap dalam kehidupan mereka, khususnya untuk kepengurusan masjid di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar